Jumat, 21 Mei 2010

Tanda Bahaya Kehamilan

BAB I

PENDAHULUAN


1.Latar Belakang
Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya.( Uswhaya,2009:3)

Menurut Kusmiyati dkk, 2008, kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.

1.2 Tujuan
Mendeteksi dini bahaya yang terjadi pada massa kahamilan pada trimester I, II, dan III. Sehingga dapat mengupayakan keselamatan Ibu dan janin dalam kandungan.

1.3 Tanda Bahaya Kehamilan meliputi:

1.Perdarahan pervaginam
2.Mual muntah berlebihan
3.Sakit kepala yang hebat
4.Penglihatan kabur
5.Bengkak pada wajah, kaki dan tangan
6.Gerakan janin berkurang
7.Nyeri perut yang hebat
8.Keluar air ketuban sebelum waktunya
9.Kejang
10.Demam tinggi
11.Selaput kelopak mata pucat
12.Kehamilan Ektopik
13.Kelainan pada plasenta
14.Kelainan tali pusat






BAB II

PEMBAHASAN MATERI


1.Pendarahan Pervaginam
Pengertian pendarahan pervaginam adalah perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik.
Penanganan Umum
Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan darah sesuai dengan keperluan.(Saifuddin,2002 : 18-19)
Macam–macam perdarahan pervaginam
a)Abortus
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai.
Macam–macam abortus
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Penanganannya: lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan, lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan. (Sarwono, 2001: 145)
Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah: abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
Abortus imminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat. Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, jika: perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Penanganan: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.(Mohctar, 1998 : 211–212)
b)Mola Hidatidosa
Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.(Sarwono, 2007 : 142)
Penanganan umum
Jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus, segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).(Saifudin,2002:17).
2.Mual Muntah Berlebihan
Pengertian
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit.(Sarwono, 2005: 275)
Penanganan Umum
Mual muntah dapat diatasi dengan:
Makan sedikit tapi sering
Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak
Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.
Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.
Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran serta makanan lain.
Isap sepotong jeruk yang segar ketika merasa mual
Hindari hal–hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
Istirahat cukup
Hindari hal–hal yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang dapat memicu rasa mual (Curtis, 2000:28)
Komplikasi
Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2003:2)
3.Sakit Kepala Hebat
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaaya, 2009: 4-5)
Penanganan Umum
Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.
Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya. (Saifuddin, 2002 : 33)
Komplikasi
Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia, suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.(Irma, 2002:4)

4.Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009: 5).
Penanganan Umum
Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda–tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.(Saifuddin, 2002: 33)
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan antala lain kejang dan eklamsia
5.Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.
(Uswhaaja, 2009: 5-6)



Penanganan Umum
Istirahat cukup
Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.
Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi.(Hendrayani, 2009:3)
Komplikasi
Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium. (Rochjati, 2003:2)
6.Gerakan Janin Berkurang
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.
Penanganan Umum
a)Memberikan dukungan emosional pada ibu
b)Menilai denyut jantung janin (DJJ):
Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang
Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan stetoskop Doppler. (Saifuddin, 2002 : 109)
Komplikasi
Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan featal distress


7.Nyeri Perut Yang Hebat
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin, 2002: 98)
Penanganan Umum
Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu)
Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat.
Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002: 98)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain: kehamilan ektopik; pre-eklampsia; persalinan prematur; solusio plasenta; abortus; ruptur uteri imminens (Irma,2008:7)
8.Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
Penanganan Umum
Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakan dengan urin.
Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.
Mengobservasi tidak ada infeksi
Mengobservasi tanda–tanda inpartu (Saifuddin, 2002: 112)

Komplikasi
Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
Tanda–tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm (Saifuddin, 2002: 114)

9.Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala–gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia
Penanganan
Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah
Bebaskan jalan nafas
Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
Lakukan pengawasan ketat (Saifuddin, 2002:34)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi, proteinuria (Saifuddin, 2002:34)
10.Demam Tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.
Penanganan Umum
Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak, kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002: 84)
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih atas). (Saifuddin, 2002:86)
11.Selaput Kelopak Mata Pucat
Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi.
Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat daripada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.
Penanganan
Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup. (Curtis, 2000: 47)
Komplikasi
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran. (Ayurai, 2009: 4).


12. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi diluar endometrium normal. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai aterm.
Berdasarkan tempat implantasinya:
Pars Interstisial tuba,
Pars Ismika tuba,
Pars Ampularis tuba,
Kehamilan infundibulum tuba,
Kehamilan abdominal primer atau sekunder.
Indikasi:
Pemakaian antibiotika,
Umur penderita antara 20 – 40 tahun,
Variasi frekuensi antara 1 : 125 – 330 kasus.
Kemungkinan yang terjadi;
Hasil konsepsi mati dini,
Terjadinya abortus,
Tuba falopii pecah.
Gejala klinik;
Amenorea,
Nyeri abdomen,
Perdarahan,
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks,
Kavum Douglas menonjol dan nyeri.


13.Kelainan pada plasenta
a)Penyakit pada plasenta
Infark plasenta adalah terjadinya pemadatan plasenta, noduler dan keras sehingga tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi.
Klasifikasi plasenta yaitu proses pengapuran plasenta terjadi sejak umur hamil 28 minggu.
Disfungsi plasenta merupakan terjadinya gangguan fungsi plasenta untuk dapat melakukan pertukaran O2 dan CO2 dan menyalurkan sisa metabolism menuju sirkulasi ibu untuk di buang melalui alat ekskresi.
b)Kelainan bentuk plasenta
Plasenta suksenturiata: terdapat tambahan yang lebih kecil disamping yang normal dan dihubungkan dengan pembuluh darah.
Plasenta spuria: terdapat tambahan plasenta soliter tanpa ada hubungan dengan pembuluh darah dengan plasenta induknya.
Plasenta membransia: pertumbuhan plasenta yang melebar dan tipis sehingga dapat menimbulkan gangguan tertentu yaitu terjadi plasenta previa.
Plasenta sirkumpalata: plasenta yang di bagaian fetalnya terdapat cincin putih.
c)Kelainan implantasi plasenta
Implantasi di bagian bawah
Implantasi plasenta yang terlalu dalam;
Plasenta adhesive,
Plasenta akreta,
Plasenta inkreta.





14.Kelainan tali pusat
Kelainan insersi tali pusat
Plasenta battledore: insersi di tepi marginal,
Insersi velamentosa: insersi jauh diluar plasenta, di daerah membran
Vasa previa; pembuluh darah melintasi kanalis servikalis sehingga saat ketuban pecah, pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah.
Simpul tali pusat,
Lilitan tali pusat.



DAFTAR PUSTAKA


Curtis,G.B.2002. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta.
Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Irma. 2008. Tanda Bahaya Kehamilan
Kusmiyati, Y. DKK. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Jakarta
Masdanang.2008. Tanda Bahaya Kehamilan.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
Nurweni, 2009. Gambaran Tingkat pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Trimester I Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di RB Citra Prasasti I Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah.
Prawirohardjo, 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Leukemia pada Anak


MENGENAL LEUKEMIA PADA ANAK

Deteksi Dini & PengelolaannyaLeukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel abnormal dalam darah tepi. Penyakit ini perlu mendapat perhatian karena leukemia merupakan keganasan yang terbanyak pada anak, diseluruh dunia mencapai 30-40% dari seluruh keganasan anak.

Setiap ditegakkan diagnosis leukemia baru pada seorang penderita, akan membawa banyak dampak permasalahan, diantaranya kesiapan mental/psikologi, dana, perawatan yang lama, kekhawatiran tidak bisa sembuh, dan komplikasi penyakit atau pengobatan. Dampak tersebut bukan hanya harus dihadapi orang tua/ keluarga penderita, tetapi juga oleh pihak petugas medis/ para medis, rumah sakit serta pihak-pihak lain yang terkait, sehingga perlu dilakukan berbagai usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut.



EPIDEMIOLOGI.

Kejadian leukemia berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak dibawah 15 tahun.

Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan terdiri dari 2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82 % dan Leukemia Mieloblastik (LMA) 18 %. Hal ini berbeda dengan leukemia pada orang dewasa, yaitu LLA 15 % dan LMA 85%. Leukemia kronik mencapai 3% dari seluruh leukemia pada anak.

Puncak kejadian LLA pada usia 2-5 tahun dan meningkat lagi setelah usia 65 tahun, sedang LMA mengenai semua kelompok usia, tetapi kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. Perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 1,3 : 15.

ETIOLOGI

Penyebab leukemia tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor dihubungkan dengan timbulnya leukemia. Faktor-faktor tersebut adalah radiasi pengion, zat kimia, obat, keluarga (genetik), infeksi virus, imunodefisiensi.

Kejadian leukemia meningkat pada orang yang terkena radiasi seperti yang terjadi di Hirosima dan Nagasaki setelah bom atom. Sedangkan obat-obatan adalah golongan alkilasi (sitostatika), kloramfenikol, fenilbutazon, heksaklorosiklokeksan. Menurut Leiss dan Savitz (1995), penggunaan pestisida di rumah berkaitan dengan kejadian keganasan pada anak.

Faktor keluarga (genetik) dihubungkan dengan terjadinya leukemia karena pada kembar identik bila salah satu menderita leukemia maka kembarannya beresiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden leukemia pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya menderita leukemia. Leukemia banyak terjadi pada anak yang menderita kelainan kromosom seperti Sandroma Down, dan penyakit-penyakit genetik lainnya. Percobaan pada binatang menunjukan bahwa infeksi virus ribonucleic acid (RNA) berperan terhadap timbulnya leukemia, namun pada manusia masih perlu penyelidikan lebih lanjut.

Beberapa kondisi perinatal merupakan faktor resiko terjadinya leukemia pada anak, seperti yang dilaporkan oleh Cnattingis dkk (1995). Faktor-faktor tersebut adalah penyakit ginjal pada ibu, penggunaan suplementasi oksigen, asfiksia post partum, berat badan lahir >4500 gram, dan hipertensi saat hamil. Sedangkan Shu daa (1996) melaporkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol meningkatkan resiko terjadinya leukemia pada bayi, terutama LMA.

PATOGENESIS

Leukemia akut merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan klon-klon sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit dan megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum diketahui penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang. Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang kemudian menginfiltrasi organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan metabolisme sel dan fungsi organ. Kematian pada penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan penekanan sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh infiltrasi sel leukemik tersebut ke organ tubuh penderita.

KELUHAN DAN GEJALA LEUKEMIA

Hipertrofi gusi terutama terjadi pada LMA. Infiltrasi ke kulit, yang dapat terjadi pada kelompok resiko standar dan tinggi, sering terjadi di kulit kepala, dan dapat merupakan gejala dini dari leukemia. Pada anak laki-laki, infiltrasi ke testis menyebabkan pembesaran testis yang tidak nyeri pada salah satu atau kedua testis, hal ini nantinya akan mempengaruhi prognosis karena menyebabkan kambuh. Umumnya gejala pada anak yang menderita LMA merupakan akibat dari gangguan sumsum tulang, seperti pada LLA, dan infiltrasi pada organ. Pembengkakan jaringan lunak di orbita dan gusi lebih menonjol.

DIAGNOSIS

Gejala klisnis dan pemeriksaan darah lengkap dapat menegakkan diagnosis leukemia. Namun, untuk memastikannya harus dilakukan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, dan dilengkapi dengan pemeriksaan radiografi dada, cairan serebrospinal, dan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya. Cara ini dapat mendiagnosis sekitar 90% kasus, sedangkan sisanya memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu sitokimia, imunologi, sitogenetika dan biologi molekular.

Pada saat diagnosis leukemia ditegakkan akan menimbulkan beberapa permasalahan, baik karena tindakan yang infasif maupun kondisi psikologi orang tua dan keluarga. Aspirasi sumsum tulang dan pungsi lumbal dapat menimbulkan nyeri dan ketakutan pada anak serta kekhawatiran pada orang tua, sehingga perlu penjelasan dengan edukasi, pemberian obat penenang dan pendekatan psikologi. Tindakan tersebut juga perlu dilakukan pada saat mengevaluasi perkembangan penyakit / kemajuan pengobatan, sesuai jadwal yang sudah ditentukan edukasi dan pendampingan orang tua pada saat dilakukan tindakan aspirasi sumsum tulang dan pungsi lumbal adalah langkah yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan rasa percaya diri pasien.

TERAPI

Penanganan leukemia meliputi kuratif dan suportif. Penanganan suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia, komplikasi dan tindakan yang mendukung penyembuhan, termasuk perawatan psikologi. Perawatan suportif tersebut antara lain transfusi darah/ trombosit, pemberian antibiotik pada infeksi/ sepsis, obat anti jamur, pemberian nutrisi yang baik dan pendekatan aspek psikososial.

Terapi kuratif/ spesifik bertujuan untuk menyembuhkan penderita. Strategi umum kemoterapi leukemia akut meliputi induksi remisi, intensifikasi (profilaksi susunan saraf pusat) dan lanjutan. Klasifikasi resiko standar dan resiko tinggi, menentukan protokol kemoterapi. Pada induksi remisi diberikan kemoterapi maksimum yang dapat ditoleransi dan perawatan suportif yang maksimum. Kemungkinan hasil yang dicapai remisi komplet, remisi parsial atau gagal. Intensifikasi merupakan kemoterapi intensif tambahan setelah remisi komplet dan untuk profilaksi terjadi leukemia pada saluran syaraf pusat. Hasil yang diharapkan adalah tercapainya perpanjangan remisi dan meningkatkan kesembuhan. Pengobatan lanjutan sampai sekitar 2 tahun, diharapkan tercapai perpanjangan remisi dan dapat bertahan hidup.

Sitostatika yang digunakan pada tiap tahap pengobatan leukemia merupakan kombinasi dari berbagai sitostatika. Pengobatan dengan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) bermanfaat untuk mengatasi penurunan granulosit sebagai efek samping sitistatika, namun tidak mengurangi lama perawatan di rumah sakit.

Penderita dinyatakan remisi komplit apabila tidak ada keluhan dan bebas gejala leukemia, pada aspirasi sumsum tulang didapat selularitas normal dan jumlah sel blast <> 12 gr/dL tanpa transfusi, jumlah sel leukosit > 3000/µl, dengan hitung jenis leukosit normal, jumlah granulosit > 2000/ µl, jumlah trombosit > 100.000/ µl, dan pemeriksaan cairan serebropinal normal.

Permasalahan yang dihadapi pada penanganan pasien leukemia adalah obat yang mahal, ketersediaan obat yang belum tentu langkap, dan adanya efek samping, serta perawatan yang lama. Obat untuk leukemia dirasakan mahal bagi kebanyakan pasien apalagi dimasa krisis sekarang ini, Selain macam obat yang banyak , juga lamanya pengobatan menambah beban biaya untuk pengadaan obat. Efek samping sitostatika bermacam-macam seperti anemia, pedarahan, rambut rontok, granulositopenia (memudahkan terjadinya infeksi), mual/ muntah, stomatitis, miokarditis dan sebagainya. Penderita dengan granulositopenia sebaiknya dirawat di ruang isolasi. Untuk mengatasi kebosanan karena perawatan yang lama perlu disediakan ruang bermain dan pelayanan psikologis. Penderita yang telah remisi dan selesai pengobatan kondisinya akan pulih seperti anak sehat. Problem selama pengobatan adalah terjadinya relap (kambuh). Relaps merupakan pertanda yang kurang baik bagi penyakitnya. Pada dasarnya ada 3 tempay relaps :

Intramedular (Sumsum tulang)

Ekstramedular (Susunan saraf pusat, testis, iris)

Intra dan ekstra meduler.

Relaps bisa terjadi pada relaps awal (early relaps) yang terjadi selama pengobatan atau 6 bulan dalam masa pengobatan dan relaps lambat (late relapse) yang terjadi lebih dari 6 bulan setelah pengobatan.

PROGNOSIS

LLA resiko normal prognosisnya lebih baik dari resiko tinggi. Faktor prognosis yang kurang baik antara lain : usia kurang dari 2 tahun, usia lebih dari 10 tahun, jumlah leukosit (sel darah putih) saat awal lebih dari 50x109/L, jumlah trombosit (keping darah) kurang dari 100x109/L, ada masa mediastinum, ras hitam, laki-laki, ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran hati lebih dari 3 cm, tipe limfoblas L2 atau L3, dan adanya penyakit susunan syaraf pusat saat diagnosisi. Viana dkk (1994) mendapatkan, penderita dengan gizi buruk (menurut standar tinggi badan/ umur) resiko kambuhnya lebih tinggi dibanding yang gizinya baik. Di Singapura walaupun ada perbaikan, 30%-40% penderita mengalami kambuh, dan kelompok ini prognosisinya baik. Perkembangan dan keberhasilan pengobatan pencegahan untuk leukemia meningeal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik memperbaiki secara progresif angka kesembuhan LLA pada anak. Angka kelangsungan hidup 5 tahun LLA sekitar 66-67%. Pada LMA, jumlah lekosit yang tinggi (>100.000/µL), ras hitam, koagulasi abnormal berprognosis jelek. ***






LEUKEMIA

LEUKIMIA / KANKER DARAH

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Penyakit Leukemia Akut dan Kronis

Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.

Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel

Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

Dari klasifikasi ini, maka Leukemia dibagi menjadi empat type sebutan;
1. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
2. Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
3. Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
4. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.

Penyebab Penyakit Leukemia

Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia :

1. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penerita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
2. Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri seperti insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
3. Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
4. Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.

Tanda dan Gejala Penyakit Leukemia

Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

Diagnosa Penyakit Leukemia (Kanker Darah)

Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ; Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.

Penanganan dan Pengobatan Leukemia

Penanganan kasus penyakit Leukemia biasanya dimulai dari gejala yang muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis besar penanganan dan pengobatan Leukemia bisa dilakukan dengan cara single ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:
1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.

Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita leukemia adalah kombinasi antara Chemotherapy (kemoterapi) dan pemberian obat-obatan yang berfokus pada pemberhentian produksi sel darah putih yang abnormal dalam bone marrow. Selanjutnya adalah penanganan terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh penderita dengan monitor yang komprehensive.





KB IMPLANT


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kontrasepsi adalah yang dimaksud kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat bersifat sementara atau permane. Upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu salah satunya dengan membentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN). Ada berbagai macam metode dalam ber-KB yaitu dengan penggunaan kontrasepsi yang bersifat sementara dan permanen. Implant mempunyai angka kegagalan kumulatif yang terendah dari semua cara kontrasepsi yang reversibel. Berdasarkan data di Kecamatan dan data di Klinik suatu daerah, peserta KB implant menempati urutan ke-3 setelah suntik dan pil, ini menunjukkan animo masyarakat untuk memilih implant masih rendah dibandingkan suntik dan pil. Tapi jika dilihat dari salah satu keuntungannya implant sangat efektif untuk mencegah kehamilan, dan implant merupakan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET).
Yang Boleh memakai KB :
Ibu yang ingin mengatur kehamilannya /Kelahirannya
Ibu deeengan penyakit kronis
Ibu dengan usia <>30 tahun dengan jumlah anak > 3 orang
Ibu melahirkan > 5 kali
Ibu riwayat persalinan jelek

Jenis dan Metode Kontrasepsi
Cara sederhana
Contoh: kondom
Metode efektif hormonal
Contoh : pil, suntik, implan/susuk
Metode non hormonal
Contoh : IUD, MOW/tubektomi, MOP/Vasektomi
Susuk IMG0220A

Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang alasan pemilihan kontrasepsi implant pada akseptor keluarga berencana di Klinik dan Kecamatan suatu daerah tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Informan berjumlah 8 orang, 1 orang pimpinan klinik, 1 orang petugas KB dan 6 orang akseptor KB implant. Sumber data diperoleh dari WM pada key informan (pimpinan klinik dan petugas KB) serta FGD pada akseptor KB implant dengan menggunakan tape recorder.
Dari hasil penelitian ditemukan beberapa alasan pemilihan kontrasepsi implant yaitu sebagian besar informan menyebutkan mereka berpengetahuan baik maka mereka yakin memilih implant, informan tersebut menunjukkan sikap positif terhadap penggunaan kontrasepsi implant sehingga mereka memilih implant sebagai salah satu alat untuk ber-KB. Dengan adanya kebijakan kontrasepsi implant, sarana dan prasarana yang menunjang serta diberikannya penyuluhan tentang kontrasepsi implant kepada akseptor KB maka membuat informan tertarik untuk memilih implant, dukungan suami terhadap alasan pemilihan kontrasepsi implant juga sangat berpengaruh.
Diharapkan untuk meningkatkan peran serta akseptor KB implant terutama bagi ibu-ibu yang berumur 20 – 30 tahun, dan lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang kontrasepsi implant.



Tujuan Khusus
Mencegah kematian ibudan anak
Mencegah terjadinya kehamilan
Memberikan ketahanan keluarga
Meningkatkan kesejahteraan keluarga

















BAB II
METODE KB SUSUK (IMPLANT)

Pengertian
Susuk: Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam.
Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul silastik (lentur), panjangnya sedikit lebih pendek daripada batang korek api. Jika Implant dicabut kesuburan bisa pulih dan kehamilan bisa terjadi. Cara pencabutan Implan hampir sama dengan pemasangannya yaitu dengan penyayatan kecil dan dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih. Sebelum pemasangan Implan sebaiknya kesehatan Ibu diperiksa terlebih dahulu,dengan tujuan untuk mengetahui apakah Ibu bisa memakai Implan atau tidak.
Efektifitas
Lendir serviks menjadi kental
Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
Mengurangi transportasi sperma
Menekan ovulasi
99 % Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)

Indikasi Susuk KB
Pemakaian KB yang jangka waktu lama
Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat.
Tidak dapat memakai jenis KB yang lain
Yang Harus Ibu Lakukan Setelah Pemasangan Implan
Daftarkan diri segera ke Pos KB Desa atau pusat pelayanan kesehatan lainya, agar dapat dibantu mengingatkan pada saat jatuh tempo pencabutannya. Sesudah pemasangan mungkin Ibu mengalami sedikit nyeri dibekas tempat pemasangan, Ibu tidak usah khawatir, karena rasa nyeri akan hilang dalam satu atau dua hari. Untuk mencegah terjadinya Infeksi dibekas pemasangan Implant harus dijaga supaya tetap kering selama 3 hari, jika ibu akan mandi angkatlah tangan tempat pemasangan Implant agar luka tidak terkena air, sebab jika luka menjadi basah dapat menyebabkan Infeksi. Jangan segan untuk membicarakan dengan petugas lapangan KB dan petugas kesehatan jika ada masalah dengan pemakaian Implant. Sesudah 5 Tahun Implan harus dicabut dan apabila Ibu masih berniat memakai implant kembali maka implant dapat dipasangkan lagi.
Keuntungan
Tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil. Kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Pencegahan kehamilan terjadi dalam waktu 24 jam setelah pemasangan.
Melindungi wanita dari kanker rahim.
Aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui.
Tidak mengganggu aktivitas seksual.
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak menggangu kegiatan senggama
Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Mengurangi nyeri haid
Mengurangi jumlah darah haid
Mengurangi/memperbaiki anemia
Melindungi terjadinya kanker endometrium
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan angka kejadian endometriosis
Kelemahan
Tidak dianjurkan untuk penderita penyakit hati, kanker payudara, perdarahan tanpa sebab, penggumpalan darah, penderita tekanan darah tinggi, penyakit kandung empedu, kolesterol tinggi, siklus menstruasi tidak teratur, sakit kepala, penyakit jantung. Beberapa jenis susuk, yang tampak dari luar atau terasa bila diraba. Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
Keluhan-Keluhan Yang Dapat Timbul akibat Pemasangan
Nyeri kepala, peningkatan/penurunan berat badan, nyeri payudara, mual-mual, pening/pusing kepala, perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS
Klien tidak menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat epilepsy
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 wanita pertahun)
Keluar bercak-bercak darah atau pendarahan yang lebih banyak selama menstruasi.
Hematoma/pembekakan dan nyeri.

Efek Samping
Gangguan pola Haid :
Tidak haid
Pendarahan yang tidak lama
Kemungkinan infeksi pada bekas luka pemasangan
Perdarahan
Siklus menstruasi lebih panjang
Rambut rontok
Gairah seksual turun
Jerawat dan depresi.
Penanggulangan :
Hubungan Petugas berwenang
Hematoma (warna biru dan rasa nyeri) pada deerah pemasangan, kompres dengan air dingin selama 2 hari, selanjutnya kompres dengan air panas/hangat sampai warna biru hilang.
Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil, penderita jantung, strok, lever, darah tinggi dan kencing manis.
Pendarahan Vagina tanpa sebab.
Wanita dalam usia reproduksi
Telah atau belum memiliki anak
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
Pascapersalinan dan tidak menyusui
Pascakeguguran
Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap
Riwayat kehamilan ektopik
Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia bulan sabit (sickle cell)
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
Sering lupa menggunakan pil
Hamil atau diduga hamil
Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya
Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
Miom uterus dan kanker payudara
Ganguan toleransi glukosa
Peringatan khusus bagi pengguna implan
Terjadinya keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah terjadi kehamilan
Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik
Terjadi perdarahan banyak dan lama
Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi (pemasangan)
Ekspulsi batang implan
Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berta, atau penglihatan menjadi kabur
Contoh
1. Implant (Jadena)
Dua kapsul tipis, fleksibel berisi levonorgestrel (LNG) yang disisipkan di bawah kulit lengan atas seorang wanita
Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon
Nyaman
Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi
Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenora
Aman dipakai pada masa laktasi
Yang perlu diperhatikan :
- Jika ada keluhan atau masalah, pemakai harus segera kembali ke klinik.
- Jika pindah rumah, pemakai harus memberi tahu ke klinik.
Jangan menggunakan implant jika anda hamil/diduga hamil, benjolan/kanker payudara, diabetes mellitus dan memiliki riwayat darah tinggi
2. Norplan
Alat Kontrasepsi bawah kulit/lengan AKBK
1 atau 6 kapsul (seperti korek api) yang simasukkan ke bawah kulit lengan atas secara perlahan melepaskan horman progesteron selama 3 atau 5 tahun.
Cara kerja
Menghambat terjadinya ovulasi.
Menyebabkan endometrium/selaput lendir tidak siap untuk nidasi/menerima pembuahan.
Mempertebal lendir serviks/rahim.
Menipiskan lapisan endometrium/selaput lendir.
Tingkat keberhasilan/efektivitas : 97-99 %
Teknik Pemasangan
Saat pemasangan yang tepat adalah pada saat haid atau 1-2 hari setelah menstruasi.
Alat kontrasepsi dua kapsul tipis, fleksibel berisi levonorgestrel (LNG) yang disisipkan di bawah kulit lengan atas seorang wanita
Tidak terlihat dari luar, tapi masih dapat diraba. Tersedia dua macam, yang 1 batang atau 2 batang. Cara kerjanya yaitu hormon progesteron yang dilepaskan implant akan menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput lendir atau endometrium tidak siap menerima pembuahan.

Implant (susuk KB)



Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang pada lengan kiri atas dan pemasangan seperti kipas mekar dengan 6 kapsul.

Teknik Pemasangan sebagai berikut :
Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat seperti kipas terbuka
Tempat pemasangan di lengan kiri atas, di anastesi dengan lidokain 2%
Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk
Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya
Kapsul dimasukkan kedalam trokar, dan didorong dengan alat pendorong sampai teras tertahan
Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik keluar
Untuk meyakinkan bahwa kapsul telah ditempatnya, alat pendorong dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan
Setelah 6 kapsul dipasang, bekas insisi ditutup dengan plester (band aid).


Pemasangan KB Susuk atau Implan
Persiapan alat
1.Meja periksa untuk klien berbaring 9. Spuit 5-10 ml, jarum suntik
2.Alat penyangga lengan ukuran 1-1,5 inch
3.Batang implant dalam kantong 10. Trokar 10 dan mandrin
4.Kain penutup steril serta mangkok 11. Scalpel 11 atau 15
untuk meletakkan implant norplant 15. Kassa pembalut atau plester
5.Sarung tangan steril 16. Kassa steril
6.Sabun cuci tangan 17. Epinefrin
7.Larutan antiseptic 18. Klem penjepit
8.Zat anstesi local 19. Bak instrument
20. klem lengkung dan lurus
Persiapan klien
1.Jelaskan pada klien, bahwa akan dilakukan pemasangan susuk dan akan sedikit mengalami rasa sakit saat penyuntikan anastesi local. Namun selanjutnya tidak akan nyeri.
2.Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air mengalir, serta membilasnya.
3.Persilahkan klien berbaring dengan yang lebih jarang digunakan (misal lengan kiri)
4.Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8cm di atas lipatan siku. Gunakan spidol untuk tempat insisi yang akan dibuat.

Persiapan petugas
Cuci tangan sampai bersih lalu keringkan. Pakai sarung tangan steril. Dekatkan peralatan sehingga mudah dicapai.
Pelaksanaan pemasangan implant norplant
1.Masukkan jarum tepat dibawah kulit yang akan di insisi, lakukan aspirasi. Lalu masukkan obat anastesi 1ml diantara tempat untuk memasang. Lakukan pemijatan agar penyebaran obat marata.
2.Pegang scalpel dengan sudut 450, buat insisi dangkal hanya menembus kulit.
3.Masukkan ujung trokar malalui luka insisi dengan sudut kecil, dengan pola seperti kipas
4.Masukkan trokar perlahan-lahan kearah tanda dekat pangkal, saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar, masukkan kapsul pertama kedalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan kedalam trokar.
5.Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk kedalam trokar dan masukkan kembali pendorong. Tarik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kearah luka insisi sampai tanda (2) muncul ditepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong
6.Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar kearah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula. Selanjutnya geser trokar sekitar 150 mengikuti pola seperti kipas. Untuk melakukan itu mula-mula fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan sampai tanda (1) untuk memastikan jarak yang tepat antar kapsul. Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya kedalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya sampai selutuh kapsul terpasang. Pastikan ujung kapsul yang terdekat +/- 5mm untuk mengurangi risiko infeksi atau ekspulsi

7.Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan ke enam kapsul semuanya telah terpasang. Setelah itu keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan luka insisi dengan kassa lalu bersihkan dengan kassa anti septic. Tutup luka dengan plester, tidak perlu dijahit.
8.Jaga luka insisi tetap kering dan bersih paling sedikit 48 jam. Luka insisi sembuh umumnya 3-5 hari.
Pemasangan implant JADENA dan INDOPLANT sama dengan pemasangan NORPLANT hanya berbeda dalam jumlah kapsul yang dipasang yaitu hanya 2 kapsul, kapsulnya lebih panjang dan pemberiabn obat anastesi cukup 1-2 ml tanpa epinefrin.
Pelaksanaan pemasangan implant implanon
1.Persiapkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptic
2.Tempat pemasangan 8 cm di atas lipatan siku pada bagian dalam lengan. Gunakan spidol untuk menandai dengan membuat garis sepanjang 6-8 cm
3.Suntikan anastesi tepat dibawah kulit sepanjang jalur tempat pemasangan
4.Regangkan kulit di tempat pemasangan dan masukkan jarum inserter tepat di bawah kulit sampai masuk seluruh panjang jarum inserter
5.Untuk meletakkan kapsul tepat dibawah kulit, angkat jarum inserter ke atas, sehingga kulit terangkat
6.Lepaskan segel inserter dengan menekan penopang pendorong inserternya
7.Putar pendorong inserter 900 atau 1800 dengan mempertahankan pendorong inserter tetap diatas lengan
8.Secara perlahan tarik jarum keluar dari lengan sambil tetap mempertahankan penopang inserter di tempatnya.


Pelaksanaan pencabutan KB implant
1.Persiapan peralatan dan persiapan klien sama dengan pemasangan susuk
2.Petugas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan air bersih
3.Pakai sarung tangan steril
4.Dekatkan peralatan sehingga mudahdicapai
5.Usap tempat pencabutan dengan kassa berantiseptik, gunakan klem streril untuk memegang kassa tersebut
6.Gunakan kain doek lubang untuk menutupi lengan
7.Suntikkan obat anastesi 0,5ml, masukkan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi yang akan dibuat. Lakukan aspirasi lalu masukkan jarum secara hati-hati dibawah ujung kapsul pertama sampai +/- 1/3 panjang kapsul (1cm). Tanpa mencabut jarum, geser ujung jarum dan masukkan kebawah kapsul berikutnya. Ulangi proses ini sampai seluruh ujung keenam kapsul terangkat. Jangan menyuntikkan obat anestesi diatas kapsul karena akan membuat jaringan oedem
8.Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul (dekat siku), kira-kira 5mm dari ujung bawah kapsul
9.Buat insisi melintang yang kecil +/- 4mm dengan menggunakan scalpel
10.Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat tempat insisi, dorong ujung kapsul kearah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi, masukkan klem lengkung (mosquito atau crile) dengan lengkungan jepitan mengarah keatas, kemudian jepit ujung kapsul denganklem tersebut.
11.Masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan jepitan mengarah ke kulit, teruskan sampai berada dibawah ujung kapsul dekat siku. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilingi ujung kapsul. Ulangi sampai ujung keenam kapsul suluruhnya bebas dari jaringan parut yang mengelilinginya. Dorong ujung kapsul sedekat mungkin pada luka insisi, fiksasi kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah, masukkan lagi klem lengkung sampai berada dibawah ujung kapsul, jepit kapsul didekat ujungnya (5-10mm) dan secara hati-hati tarik keluar malalui luka insisi
12.Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara menggosok-gosok pakai kassa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul, atau dapat menggunakan scalpel secara hati-hati tapi gunakan sisi yang tidak tajam untuk mencegah terpotongnya kapsul
13.Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem ke-2. Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul secara pelan dan hati-hati dengan klem ke-2. Bila sulit dicabut, pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kassa atau scalpel
14.Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan teknik yang sama. Sebelum mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut.

Metode pencabutan teknik “u” sama dengan teknik pencabutan implant seperti biasa namun perbedaannya hanya pada klem yang dipakai mencabut kapsul merupakan modifikasi klem yang digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2,2mm.

Metode apabila kapsul sulit dicabut
1.Raba kedua ujung kapul dengan jari telunjuk dan jari tengah. Kemudian dorong kapsul sedekat mungkin kearah insisi
2.Masukkan klem lengkung kedalam luka insisi sampai ujung jepitan klem berda dibawah kapsul. Lengan kedua jari tetap menekan ujung kapsul untuk memfiksassi jepit kapsul dari bawah dengan klem lengkung. Meneruskan mendorong ujung kapsul kearah insisi, balikkan (flip) pegangan klem 180o ke arah bahu klien dan kemudian pegang klem dengan tangan yang berlawanan.
3.Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan mengosok dengan kasa steril untuk memaparkan ujung kapsul. Setelah jaringan ikat terbuka gunakan klem kedua untuk menjepit kapsul. Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul dengan klem kedua.
Metode pencabutan teknik “ pop out “
1.Raba ujung kapsul didaerah siku. Dorong ujung bagian atas kapsul dengan menggunakan jari. Buat insisi kecil 2-3 mm diatas ujung kapsul dengan menggunakan scalpel
2.Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada dibawah tempat insisi.
3.Masukkan ujung tajam scalpel kedalam luka unsisi sampai terasa menyentuh ujung kapsul
4.Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong dengan kedua ibu jari sehingga kedua ujung kapsul terpapar keluar.
5.Tekan sedikit ujung ataas kapsul sehingga kapsul muncul (pop out) pada luka inssisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut.
6.Setelah berhasil, kapsul berikutnya menggunakan teknik yang sama.
7.Setelah selesai mengeluarkan semua kapsul, bersihkan luka insisi menggunakan kasa antiseptik. Gunakan klem untuk memegang kedua tepi luka insisi selama 10 -15 detik. Unutk menggurangi pendarahan kemudian balut luka insisi. Tutup luka dengan plester atau ddengan kasa steril.
8.Jaga luka insisi tetap kering dan bersih +/ - 48 jam, terjadi infeksi. Pembalut luka boleh dibuka setelah sembuh (biasanya 3- 5 hari).
9.Segera kembali keklinik bila terdapat tanda infeksi seperti demam, radang (kemerahan dan panas)
















DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC: 1998, Jakarta
Sarwono, Ilmu Kebidanan,Yayasan Bina Pustaka : 2006, Jakarta
http://www.pkmi-online.com/implant.htm
http://abstrak-kesehatan.blogspot.com/2010/02/analisis-alasan-memilih-implant-pada.html
http://www.drdidispog.com/2008/10/kontrasepsi-komplit-plit-plit.html
http://askep-askeb.cz.cc/2010/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat.html

Asuhan Kebidanan


Persiapan Ante Natal Care (ANC)


Alat – alat yang digunakan:


  1. Tensimeter

  2. Timbang badan + Tinggi badan

  3. Termometer

  4. Stetoskop

  5. Lembar anamnese

  6. Jangka panggul

  7. Madline

  8. Funduskop


Pelaksanaan ANC


  • Pasien datang, bidan menyambut dengan ramah dan mempersilahkan pasien untuk duduk lalu di anamnesa.

  • Anamnesa sebagai berikut:


    1. Data subyektif (data yang langsung ditanyakan pada pasien, seperti identitas pasien).

    2. Data Obyektif (data yang diambil dari pemeriksaan pasien), yaitu:

      • Mengukur berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui berat badan sebelum dan salama hamil, apakah ada peningkatan atau tidak,

      • Mengukur lingkar lengan menggunakan madline untuk mengetahui status gizi pasien,

      • Melakukan TTV (Mengukur tekanan darah menggunakan tensi meter, mengukur suhu menggunakan termometer, menghitung nadi & pernafasan)

      • Mengukur lingkar panggul dengan menggunakan jangka panggul untuk mengetahui ukuran panggul luar,

      • Pasien disuruh untuk BAK,

      • Pasien dipersilahkan berbaring di tempat tidur untuk dilakukan pemeriksaan fisik (memeriksa ujung kepala sampai ujung kaki apakah normal atau ada keluhan),

      • Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan meteran madline untuk mengetahui usia kehamilan,

      • Melakukan auskultasi, menggunakan funduskop untuk mendengarkan denyut jantung janin.


    1. Assastmen / Diagnosa masalah.

    2. Planning / Rencana tindakan




Inter Natal Care (INC)


Alat – alat yang digunakan:


  1. Funduskop

  2. Tensimeter

  3. Stetoskop

  4. Patograf

  5. Partus set antara lain;

      • Sarung tangan steril - Kapas air DTT

      • Handuk bersih - Klem tali pusat

      • Kain pembungkus bayi - Gunting Episiotomi

      • Kasa steril - Gunting Tali pusat

      • ½ Kocher - Larutan klorin 0.5%

      • Tempat pakaian kotor - Gelas ukur

      • Air DTT / air masak - Bengkok

      • Penghisap Lendir - Spuit 3cc

      • Duk steril

      • Tempat sampah medis & sampah kering


  1. Heating set antara lain

      • Gunting benang - Benang catgut/cromic

      • Pincet chirurgic

      • Pincet anatomi

      • Jarum otot dan kulit


Pelaksanaan INC


KALA I:

  • Memeriksa tekanan darah apakah tekanan darah pasien masih dalam batas normal,

  • Memeriksa denyut jantung janin apakah keadaan janin dalam kandungan baik,

  • Mempersiapkan peralatan partus set,

  • Melakukan pemeriksaan dalam (VT) tiap 4 jam sekali atau bila ada indikasi,

  • Membuat dokumen dalam patograf mulai pembukaan 4cm,

  • Apabila pasien sudah menunjukkan tanda – tanda persalinan, sbb;

    1. His adekuat,

    2. Keluar blood show,

    3. Dorongan meneran (doran),

    4. Tekanan anus (teknus),

    5. Perineum menonjol (perjol),

    6. Fulva membuka (fulka),

    7. Pembukaan 10cm

  • Persiapan pasien,

    • Pasang duk steril di bokong pasien,

    • Dekatkan bengkok,

    • Pasang handuk bersih di perut pasien,

  • Persiapan petugas,

    • Cuci tangan 7 langkah

    • Pakai sarung tangan steril (APD).

KALA II

  • Lalu pimpin persalinan

  • Ajari pasien cara mengejan yang benar, menggunakan perut seperti orang BAB

  • Apabila ketuban belum pecah, ambil ½ kocher untuk memecahnya

  • Setelah tampak kepala bayi (crowning), tangan kiri menahan vulva, tangan kanan menahan perineum agar tidak terjadi rupture,

  • Setelah kepala bayi sudah keluar, periksa apakah ada lilitan tali pusat. Jika tali pusat melilit leher secara longer, lepaskan lewat atas kepala bayi. Tetapi jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut.

  • Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan.

  • Setelah itu pegang secara biparietal. Gerakan kepala ke arah bawah untuk melahirkan bahu depan lalu gerakan kepala ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

  • Lakukan sangga susur, gunakan tangan untuk melusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

  • Setelah lahir lakukan penilaian selintas, warna kulit, pernapasan, tangisan dan gerakan. Bila bayi tidak langsung menangis maka lakukan penghisapan lender menggunakan slem

  • Lalu baringkan di dada ibu, sambil mengeringkan tubuh bayi dengan handuk. Lakukan rangsang taktil.

  • Berikan suntikan oksitosin 10 unit secara IM agar uterus berkontraksi baik.

  • Jepit tali pusat dengan klem kira – kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama. Lalu lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut, ikat tali pusat dengan benang.

  • Setelah itu tengkurapkan bayi di dada ibu, usahakan kepala bayi di antar payudara ibu untuk dilakukan IMD.

  • Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.


  • Apabila terdapat penyulit saat proses persalinan, maka lakukan episiotomy dengan mengunting perineum secara mediolateral menggunakan gunting episiotomy agar tidak terjadi rupture pada spinter ani. Setelah itu jahit perineum dengan menggunakan jarum otot dan benang catgut/chromic, menggunakan pincet chirurgic dan anatomis.


KALA III

  • Setelah uterus berkontraksi, tegangkan arah tali pusat ke arah bawah (dorso kranial).

  • Lakukan masase uterus selama 15 detik

  • Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

  • Saat plasenta muncul di introitus vagina lahirkan plasenta dengan kedua tangan.

  • Pegang dan putar hingga selaput ketuban terpilin.

  • Periksa plasenta apakah ada bagian plasenta atau selaput yang tertinggal.


KALA IV

  • Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. Ukur perdarahan dengan gelas ukur.

  • Lakukan pemeriksaan TTV (tensi, suhu, nadi, pernapasan) tiap 15 menit.

  • Bereskan alat lalu masukan dalam larutan klorin 0.5% untuk dekontaminasi selama 10 menit, setelah itu cuci dan bilas peralatan. Buang peralatan medis yang telah dipakai ke tempat sampah medis. Lepas sarung tangan dan cuci tangan.

  • Bereskan pasien, seka ibu dengan air DTT dan bantu ibu memakaikan pakaian yang bersih. Kain dan pakaian yang kotor ditaruh pada tempatnya

  • Pada bayi setelah 1 jam dilakukan antopometri, beri tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K secara IM (paha kiri). Kemudian setelah 1 jam berikan suntikan hepatitis B secara IM (paha kanan).


Post Natal Care (PNC)


Alat – alat yang digunakan:


        1. Tensi meter

        2. Thermometer

        3. Stetoskop

        4. Pembalut wanita

        5. Peralatan perawatan payudara antara lain;

      • Baby oil - Waslap

      • Baskom - Bengkok

      • Handuk - Kassa

      • Air hangat - Spuit 10cc


Pelaksanaan PNC


  • Lakukan pengukuran TTV (tensi, suhu, nadi, pernapasan).

  • Periksa jumlah perdarahan, periksa kandung kencing.

  • Apabila darah telah penuh segera ganti pembalut.

  • Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya bila perlu lakukan perawatan payudara yaitu sebagai berikut;

  1. Cuci tangan 7 langkah kemudian posisikan pasien dengan duduk.

  2. Pasang handuk pada pasien, lalu olesi kassa dengan baby oil.

  3. Kompres puting susu secara perlahan untuk memastikan tidak ada kotoran yang menyumbat.

  4. Olesi telapak tangan petugas dengan baby oil.

  5. Letakan kedua telapak tangan diantara kedua payudara, pijat mulai dari tengah atas samping kanan kiri lanjutkan menuju kearah bawah. Kedua payudara diangkat dengan kedua telapak tangan kemudian dilepas perlahan, ulangi gerakan 20 kali tiap payudara.

  6. Telapak tangan kiri menopang payudara tangan kanan dengan sisi kelingking mengurut payudara kearah puting susu secara bergantian 30 kali.

  7. Pengurutan payudara sama dengan yang sebelumnya, hanya tangan menggenggam dengan tulang sendi jari mengurut dari pangkal menuju puting susu.

  8. Kompres payudara dengan air hangat secara bergantian keringkan payudara dengan handuk.

  9. Untuk memastikan tidak ada bendungan payudara di pencet, apakah ASI keluar dengan lancer.

  10. Bereskan pasien, kenakan BH dan rapikan pakaian pasien.

  • Apabila puting susu tidak menonjol, tarik dengan spuit 10cc yang dirangkai secara terbalik, sedot sampai ASI keluar.